1.1 Menghargai dan
mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa
untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa daerah, serta untuk melestarikan dan mengembangkan
budaya daerah untuk didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan
pengembangan kebudayaan Nasional
|
1.1.1 Terbiasa berdoa sebelum memulai dan sesudah
kegiatan belajar bahasa daerah.
1.1.2 Terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam
berkomunikasi dengan tata krama.
|
Terintegrasi pada KD 3 dan KD 4
|
Penilaian diri :
· Peserta didik menilai diri sendiri kebiasaan berdoa
sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa daerah.
· Peserta didik menilai sikap diri sendiri dalam
menggunakan bahasa daerah dengan tata krama sebagai sarana menyajikan
informasi tentang struktur
teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
|
4 x 40º
|
|
|||||
1.2 Menghargai dan
mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa
sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulis
|
1.2.1 Terbiasa menggunakan bahasa daerah sebagai sarana
memahami informasi tulis
|
Terintegrasi pada KD 3 dan KD 4
|
· Peserta didik menilai diri sendiri kelancaran dalam
menyampaikan pesan moral teks wayang/ topѐng ḍhâlângdikaitkan
dengan kehidupan
|
|||||||
1.3 Menghargai dan
mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa
sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis
|
1.3.1
Terbiasa menggunakan bahasa daerah sebagai sarana menyajikan
informasi lisan dan tulis sesuai
dengan tata krama.
|
Terintegrasi pada KD 3 dan KD 4
|
· Peserta didik menilai diri sendiri kesantunan dalam
menyampaikan pesan moral teks wayang/
topѐng ḍhâlâng.dikaitkan dengan kehidupan
|
|
|
|||||
2.2 Memiliki perilaku
percaya diri dan tanggungjawab atas
karya budaya masyarakat daerah yang pebuh makna
|
2.2.1 bertanggung jawab dalam membuat tanggapan pribadi
terhadap struktur teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
2.2.2 Santun dalam menyajikan tanggapan pribadi terhadap struktur
teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
|
Terintegrasi pada KD 3 dan KD 4
|
||||||||
3.3 Memahami struktur teks, unsur kebahasaan,
dan pesan moral dari teks lisan dan tulis yang berupa fiksi (wayang/
cerpen/cerita
rakyat/ topѐng ḍhâlâng).
|
3.3.1 Menenjelaskan struktur
teks wayang/
topѐng ḍhâlâng.
3.3.2 Menentukan unsur kebahasaan teks wayang/
topѐng ḍhâlâng.
3.3.3
Menyimpulkan pesan moral teks wayang/ topѐng
ḍhâlâng
|
· Struktur teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
· Unsur kebahasaan teks wayang/
topѐng ḍhâlâng.
· Pesan
moral dalam teks wayang/
topѐng ḍhâlâng.
|
Mengamati:
·
Peserta didik
membaca teks wayang/ topѐng
ḍhâlâng.
·
Peserta didik menyimak teks wayang/ topѐng ḍhâlâng yang disajikan.
Menanya:
·
Peserta didik
bertanya jawab tentang struktur teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
|
Tes tulis
· Menilai pemahaman peserta didik tentang struktur
teks wayang/ topѐng
ḍhâlâng.
|
|
|
||||
|
|
· Penyimpulan isiteks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
· Relevansi
pesan moral wayang/ topѐng
ḍhâlâng
dengan kehidupan
|
·
Peserta didik bertanya jawab tentang unsur
kebahasaan teks wayang/
topѐng ḍhâlâng.
Mengumpulkan informasi:
· Peserta didik mencari teks wayang/
topѐng ḍhâlâng dari berbagai sumber.
· Peserta didik berdiskusi tentang unsur kebahasaan teks wayang/
topѐng ḍhâlâng.
· Peserta
didik berdiskusi tentang isi teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
· Peserta
didik berdiskusi tentang pesan moral
dalam teks wayang/ topѐng
ḍhâlâng.
· Peserta
didik berdiskusi tentang relevansi pesan moral dalam teks wayang/
topѐng ḍhâlâng.
Mengasosiasi:
· Peserta didik menentukan struktur teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
· Peserta didik menentukan unsur kebahasaan teks wayang/
topѐng ḍhâlâng.
· Peserta
didik merelevansikan pesan moral teks wayang/ topѐng ḍhâlâng dengan kehidupan.
|
·
Menilai pemahaman
unsur kebahasaan dalam teks wayang/ topѐng
ḍhâlâng.
Tes lisan:
·
Menilai pemahaman
peserta didik tentang pesan moral wayang/ topѐng ḍhâlâng
Portofolio :
·
Menilai hasil
apresiasi teks wayang/ topѐng
ḍhâlâng
|
|
|
||||
4.3 Mengapresiasi teks fiksi
(wayang/ cerkak/cerita rakyat/
Topeng dhalang) sesuai konteks secara lisan dan tulis
|
4.3.1 Menyimpulkan isi wayang/ topѐng
ḍhâlâng.
4.3.2 Merelevansikan pesan moral teks wayang/ topѐng
ḍhâlâng
dengan kehidupan
|
|
Mengomunikasikan:
· Peserta didik
menyajikan hasil diskusi tentang teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.terkait struktur, unsur kebahasaan, pesan moral dan
relevansinya dengan kehidupan,
· Peserta
didik menyajikan hasil apresasi dalam bentuk karya tulis sederhana
|
|
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
||||
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP 1)
Satuan Pendidikan : SMP
Mata Pelajaran :
Bahasa Jawa
Kelas/Semester : VIII/Semester Dua
Materi Pokok :
Teks Narasi
Alokasi Waktu : 2 pertemuan ( 4X 40 menit)
A. Kompetensi Inti
1.
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya
2.
Menghargai dan menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3.
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B.
Kompetnsi
Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator Pencapaian
Kompetensi
|
1
|
1.1 Menghargai dan mensyukuri
keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa daerah, serta untuk
melestarikan dan mengembangkan budaya daerah untuk didayagunakan
sebagai upaya pembinaan dan pengembangan
kebudayaan Nasional.
1.2 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa
daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi
lisan dan tulis
1.3 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa
daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan
informasi lisan dan tulis
|
1.1.1
Berdoa sebelum memulai dan sesudah kegiatan belajar
bahasa daerah.
1.1.2
Menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi dengan
tata krama/santun.
1.2.1
Menggunakan bahasa daerah
sebagai sarana memahami informasi tulis.
1.3.1 Menggunakan bahasa daerah
sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis sesuai dengan tata
krama/santun
|
2
|
2.1
Memiliki
perilaku percaya diri dan tanggungjawab atas
karya budaya masyarakat daerah yang pebuh makna.
|
2.2.3
bertanggung jawabdalam membuat tanggapan
pribadi terhadap struktur teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
2.2.4
Santun dalam menyajikan tanggapan pribadi terhadap struktur teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
|
3
|
3.1 Memahami struktur teks, unsur kebahasaan,
dan pesan moral dari teks lisan dan tulis yang berupa fiksi (wayang/ cerpen/cerita rakyat/ topѐng ḍhâlâng)..
|
3.1.1 Menjelaskan struktur teks
wayang/ topѐng ḍhâlâng.
3.3.2 Menentukan unsur kebahasaan teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
3.3.3 Menyimpulkan
pesan moral teks wayang/ topѐng ḍhâlângdengan jujur.
|
|
4.3Mengapresiasi teks fiksi (wayang/ cerkak/cerita rakyat/ Topeng dhalang) sesuai konteks
secara lisan dan tulis.
|
4.3.1 Menyimpulkan isi wayang/ topѐng ḍhâlâng.
4.3.2 Merelevansikan
pesan moral teks wayang/ topѐng ḍhâlâng
dengan kehidupan
|
C.
Tujuan
Pembelajaran
Sikap
Sikap Spiritual
1.
Peserta didikterlibat secara aktif dalam proses pembelajaran berdoa sebelum
dan sesudah kegiatan pembelajaran.
2.
Dengan terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran teks wayang“Srikandhi Senopati Pandhawa”
yang berbasis teks, peserta didik terbiasa menggunakan bahasa
daerah sebagai sarana memahami informasi tulis.
3.
Dengan terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran teks wayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa” yang berbasis teks, terbiasa menggunakan bahasa daerah sebagai sarana menyajikan
informasi lisan dan tulis sesuai dengan tata krama/santun.
Sikap Sosial
1.
Peserta didikterlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran struktur tekswayang
“ Srikandhi Senopati Pandhawa” yang berbasis teks,memiliki sikap bertanggung jawabdalam membuat tanggapan pribadi terhadap teks
wayang agar memiliki perilaku percaya diri dan
tanggungjawab atas karya budaya masyarakat daerah yang pebuh
makna
2.
Dengan terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran struktur tekswayang “ Srikandhi
Senopati Pandhawa” yang berbasis teks, peserta didik santundalam menyajikan tanggapan pribadi terhadap struktur teks
wayang.
Pengetahuan
1.
Melalui kegiatan tanya jawab Explicit Instruction, peserta didik dapat
menjelaskan struktur teks wayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa”
2.
Melalui kegiatan tanya jawab Explicit Instruction, peserta didik dapat menentukan unsur kebahasaan teks wayang“
Srikandhi Senopati Pandhawa”dengan benar.
3.
Melalui kegiatan tanya jawabExplicit Instruction, peserta didik dapat menyimpulkan isi teks wayang“
Srikandhi Senopati Pandhawa”.
4.
Melalui kegiatan tanya jawab Explicit Instruction, peserta didik dapat menjelaskan pesan moral teks wayang“
Srikandhi Senopati Pandhawa” dengan benar.
Keterampilan
1. Setelah belajar tentang isiteks, peserta didik dapat meyimpulkan
isi wayang“
Srikandhi Senopati Pandhawa” dalam bentuk tulisan dengan kaidah penulisan dalam
bahasa Jawa yang baik dan benar.
2. Setelah belajar tentang isiteks, peserta didik dapat
meyimpulkan isi wayang“
Srikandhi Senopati Pandhawa” dalam secara lisan denngan menggunakan bahasa yang
santun.
3. Setelahbelajar tentang pesan moral dalam teks, peserta
didik dapat merelevansikan pesan moral teks wayang/
topѐng ḍhâlâng dengan kehidupansehari-hari
jujur.
D. Materi Pelajaran*
1. Tekscerita wayang.
2. Cara menjawab
pertanyaan tertulis tentang isi teks wayang.
3. Kaidah ejaan dan penulisan dalam
bahasa Jawa.
4. Unsur kebahasaan dalam teks cerita wayang
(kata, kalimat dan ungkapan)
5. Struktur teks wayang.
6. Kesantunan berbahasa Jawa biasa
menggunakan bahasa sesuaidengan tata krama/unggah - ungguh yang berlaku dalam
bertanya jawab dan menyampaikan pendapat.
* Materi terlampir
E. Metode Pembelajaran
1.
Pendekatan : Saintifik/ Kontekstual
2.
Model : Pembelajaran Berbasis Teks (Genre-based Aproach)
3.
Sintaks:
a.
Membangun konteks
b.
Pemodelan teks
c.
Pemecahan masalah secara bersama
d.
Pemecahan masalah secara individual
4.
Model :Model pembelajaran
kooperatif
5.
MetodeKBM : Demonstrasi,
tanya jawab, diskusi
6. Teknik : Explicit Instruction.
F.
KKM :
.....
G. Sumber Belajar
1.
Bruce, Joice, Caolhun, 2009. Models of Teaching
(model Pengajaran). Yogyakarta: Pustka Pelajar.
2.
Jatirahayu, Warih dan Margono Notopertomo. Pakartitama:Wayang Sebagai Sumber Pendidikan
Budi Pekerti. Klaten: CV Sahabat.
3.
Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Umum Ejaan bahasa Jawa Huruf Latin
yang Disempurnakan. Yogyakarta: Balai Bahasa
4.
Mangunsuwito, S.A. 2002.Kamus Bahasa Jawa, Jawa-Indonesia. Bandung: CV. YramaWidya.
5.
Padmosoekotjo, S. 1960. Ngengrengan Kasusastran Djawi 1. Jogjakarta: Hien Hoo Sing.
6.
Padmosoekotjo, S. 1960. Wewaton Panulise Basa Jawa Nganggo Aksara Jawa. Surabaya: PT. Citra
Jaya Murti.
7.
Saryono, Djoko. 2011. Sosok Budaya Jawa:Rekonstruksi Normatif Idealistis. Malang: Aditya
Media Publishing.
8.
Sasangka Sry Tjatur Wisnu. 2011. Bunyi-bunyi Distingtif Bahasa Jawa.Yogyakarta:Elmatera
Publishing.
9.
Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia:J.B. Wolter.
10. Prof
Yu,,.....
H. Media Pembelajaran
1. Alat :
LCD/Laptop
CD Interaktif pembelajaran cerita wayang
2. Bahan :
Teks
cerita wayang*. (disediakan guru hasil modifikasi dari berbagai sumber)
I.
Langkah-langkah
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi Kegiatan
|
Pengorganisasian
|
|
Peserta didik
|
Alokasi waktu
|
||
Pendahuluan
|
·
Guru memberi salam
dan mengabsen
·
Guru melakukan
apersepsi dengan mengulas materi pelajaran minggu yang lalu melalui kegiatan bertanya jawab dan
demonstrasi.
·
Menyampaikan tujuan
pembelajaran meliputi aspek afektif (sikap spirutual dan sikap sosial),
kognitif, dan psikomotor.
|
|
4 x 10º
|
Kegiatan inti
|
· Mengamati:
- Peserta didik membaca teks wayang “Srikandhi
Senopati Pandhawa”.
- Peserta
didik menyimak teks wayang “Srikandhi
Senopati Pandhawa”yang disajikan.
· Menanya:
- Peserta
didik bertanya jawab tentang struktur teks wayang “Srikandhi
Senopati Pandhawa”..
-Peserta
didik bertanya jawab tentang unsur kebahasaan teks wayang “Srikandhi
Senopati Pandhawa”.
· Mengumpulkan informasi:
- Peserta
didik mencari teks wayang“Srikandhi Senopati Pandhawa”dari berbagai
sumber.
- Peserta
didik berdiskusi tentang unsur
kebahasaan teks wayang “Srikandhi Senopati Pandhawa”.
- Peserta didik berdiskusi tentang isi teks wayang “Srikandhi
Senopati Pandhawa”.
- Peserta didik berdiskusi tentang pesan moral dalam teks wayang “Srikandhi
Senopati Pandhawa”.
- Peserta didik berdiskusi tentang relevansi
pesan moral dalam teks wayang “Srikandhi Senopati Pandhawa”..
· Mengasosiasi:
- Peserta didik menentukan struktur teks wayang/
topѐng ḍhâlâng.
- Peserta didik menentukan unsur kebahasaan teks wayang/ topѐng
ḍhâlâng.
- Peserta
didik merelevansikan pesan
· Mengomunikasikan:
- Peserta
didik menyajikan hasil diskusi tentang
teks wayang/ topѐng
ḍhâlâng.terkait
struktur, unsur kebahasaan, pesan moral
dan relevansinya dengan kehidupan,
- Peserta
didik menyajikandengan bahasa daerah hasil
apresasi dalam bentuk karya tulis sederhana
|
|
4 x 25º
|
Penutup
|
·
Gurubersamasiswa
melakukan refleksi hasilpembelajaran
·
Guru memberi tugas
sebagai perbaikan dan pengayaan
· Guru menutup pelajaran
|
|
4 x 5º
|
J. Penilaian
1.
Sikap spiritual dan sosial
a.
Tehnik Penilaian : Pengamatan
b.
Bentuk Instrumen : Lembar Pengamatan
c.
Kisi – kisi :
LEMBAR PENGAMATAN DIRI
No.
|
Sikap/Nilai
|
Indikator
|
Rubrik
Penilaian
|
Butir
Pertanyaan
|
|
1.1 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa
daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatan pengetahuan
dan keterampilan berbahasa daerah, serta untuk melestarikan dan mengembangkan
budaya daerah untuk didayagunakan sebagai upaya
pembinaan dan pengembangan
kebudayaan Nasional.
1.2 Menghargai dan
mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa
sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulis.
1.3 Menghargai dan
mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa
sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis
|
1.1.3
Berdoa sebelum memulai dan sesudah kegiatan belajar bahasa
daerah.
1.1.4
Terbiasa menggunakan
bahasa daerah dalam berkomunikasi dengan tata krama/santun.
1.2.2
Terbiasa menggunakan
bahasa daerah sebagai sarana memahami
informasi tulis.
1.3.1 Terbiasa
menggunakan bahasa daerah sebagai sarana menyajikan
informasi lisan dan tulis sesuai
dengan tata krama/santun
|
1 – 5
1 – 5
|
|
|
2.1 Memiliki perilaku
percaya diri dan tanggungjawab atas
karya budaya masyarakat daerah yang pebuh makna.
|
2.2.1 bertanggung
jawabdalam membuat tanggapan
pribadi terhadap struktur teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
2.2.2 Santun dalam menyajikan tanggapan pribadi terhadap struktur teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
|
|
|
2.
Pengetahuan
a.
Tehnik Penilaian : Tes tulis/tes lisan
b.
Bentuk Isntrumen : Uraian non obyektif
c.
Kisi – kisi :
LEMBAR PENGETAHUAN
No
|
Indikator
|
Rubrik
Penilaian
|
Butir
Instrumen
|
1
|
Menjelaskan
struktur teks wayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa”.
|
|
|
2
|
Menentukan unsur
kebahasaan teks wayang“ Srikandhi Senopati
Pandhawa”dengan benar
|
|
|
3
|
Menjelaskan makna
kata sukar dalam teks wayang “ Srikandhi
Senopati Pandhawa”.
|
|
|
4
|
Menjelaskan makna
kata, kalimat dan ungkapan dalam teks narasi menyimpulkan “ Srikandhi
Senopati Pandhawa”.
|
|
|
5
|
Menjawab pertanyaan
terkait isi teks wayang “ Srikandhi Senopati
Pandhawa”.
|
|
|
6
|
menyimpulkan isi
teks wayang“ Srikandhi Senopati Pandhawa”.
|
|
|
Tes lisan:
Menilai pemahaman peserta didik tentang pesan moral wayang/ topѐng ḍhâlâng
|
|
|
|
7
|
Menjelaskan
pesan moral
teks wayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa” dengan benar.
|
|
|
3. Keterampilan
a. Teknik
Penilaian : P1= evaluasi Produk dan
P2= evaluasi Unjuk Kerja
b. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian
c. Kisi-kisi:
No.
|
Indikator
|
Rubrik
Penilaian
|
Butir
Instrumen
|
1.
|
Peserta didik
menyajikan hasil apresiasi dalam bentuk karya tulis sederhana
|
|
|
:
*) Terlampir pada lembar penilaian.
Mengetahui, ..........., ...............
Kepala
Sekolah Guru
Bahasa Jawa
................................... ..................................
A. Lembar
Pengamatan Diri
1.
Wenehana tanda centang (√) ing
andharan(pernyataan) sing kokanggep paling pas karo kanyatan sing koklakoni.
2.
Katrangane kanggo mbiji pakulinane
(kebiasaan):
5 = ajeg
4 = kerep
3 =
arang-arang
2 =
tau
1 = blas
3.
Lembar pengamatan
No.
|
Aspek penilaian
|
Skala Penilaian
|
||||
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1
|
a.
Kulina ndonga sadurunge
miwiti lan mungkasipasinaon Basa Jawa.
|
|
|
|
|
|
b.
Kulina migunakake Basa Jawa kanggo ngomong karo sapa
bae (guru, kanca) nalika jam pelajaran.
|
|
|
|
|
|
|
c.
Kulina ngetrapake tatakrama nalika ing pasrawungan.
|
|
|
|
|
|
|
2
|
·
Jujur nalika mangsuli pitakon-pitakon ngenani wacan
crita wayang manut panemune dhewe.
|
|
|
|
|
|
3
|
·
Tanggungjawab marang tugas pribadi
|
|
|
|
|
|
·
Tanggungjawab marang tugas kelompok.
|
|
|
|
|
|
|
4
|
·
Ngurmati panemune wong liya nalika diskusi.
·
Migunakake tembung kang pas (ora kasar lan kemproh)
nalika ngomong lan takon ing diskusi.
|
|
|
|
|
|
..............,
................2013
.......................................
Nama :
.............................
Kelas/No
absen : ................
B. Pengetahuan
1.
Pitakon ing ngisor iki wangsulana!
a. Apa
judule crita wayang sing kok rungokake?
b. Srikandhi
kuwi putrane sapa?
c. Pira
sedulure Srikandhi?
d. Sapa
asmane garwane Srikandhi?
e. Pandhawa
nyuwun iguh pratikele sapa kanggo ngadhepi senopatine Kurawa?
2. Pratelan/andharan
(pernyataan) ing ngisor iki yen bener wenehana tanda B, yen salah wenehana tanda S.
a.
Sedulure Srikandhi sing dari Senopati
yaiku Dewi Drupadi.
b.
Arjuna pungkasane ora nyarujuki
Srikandhi dadi senopati perang.
c.
Dewabrata nrima Dewi Amba pinangka
garwane.
d.
Dewi Srikandhi titisan Dewi Amba.
e.
Prabu Kresna titisane Batara Wisnu sing
ngerti kabeh lelakon ing alam donya.
3.
Tembung kang kacetak kandel golekana basa
kramane banjur tulisen maneh ukara mau ing titik-titik ngisor!
Perang Baratayuda wis ngancikdinakang kaping lima.
Wadyabala Pandhawawissapirang-pirangkangdadi
kurban, klebu Prabu Salya lan Raden Drestajumena.
........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
4.
Ceceg
– ceceg ing sajerone kothak, isinen
manut silsilahe.
................................a)
|
Abiyasa
|
..........................b)
|
Destrarastra
|
................................c)
|
Pandawa :
1. Puntadewa
2.
Bima
3.
...............................d)
4. Nakula
5. Sadewa
|
Kurawa :
1.
...................................e)
2. Dursasana
...
100. Dursilawati
|
Nama :
.............................
Kelas/No
absen : ................
C.
Lembar
Pengamatan portofolio hasil tulisan
Wenehana
tandha centhang (√) ing andharan(pernyataan)
sing kokanggep paling pas karo kanyatan sing kokamati, tulisane kancamu.
1.
Katrangane kanggo mbiji:
5 =
pas banget
4 =
pas
3 =
cukup pas
2 =
kurang pas
1 = ora
pas
2.
Lembar pengamatan
No.
|
Aspek penilaian
|
Kriteria
|
||||
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1
|
Tulisan (hasil
tulisan/karya tulis sederhana)sing pas karo kaidah ejaanlan penulisan ing tata
tulis basa Jawa.
|
|
|
|
|
|
|
Panulisane vokal
|
|
|
|
|
|
Panulisane konsonan
|
|
|
|
|
|
|
Panganggo tembung
|
|
|
|
|
|
|
Ukarane runtut
|
|
|
|
|
|
|
Kohesi lan
kohenrensi paragraf
|
|
|
|
|
|
LEMBAR PENGAMATAN PRAKTIK
OLEH GURU
No
|
Nama
|
Tulisan (hasil
tulisan/karya tulis sederhana) pas karo kaidah pelafalan lan penulisan tata
tulis ing basa Jawa.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Panulisane vokal
|
Panulisane konsonan
|
Pangang-go tembung
|
Ukarane runtut
|
Kohesi lan kohenrensi paragraf
|
|||||||||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||||||
1
|
A
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
2
|
B
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
3
|
C
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||
..............,
.................2013
Pengamat,
........................................
LEMBAR MATERI
A.
Teks
Cerita wayang :
Wacan
ing ngisor iki wacanen kang titi!
Srikandhi
Senopati Pandhawa.
Perang
Baratayuda wis ngancik dina kang
kaping lima. Wadyabala Pandhawa wis
sapirang-pirang kang dadi kurban, klebu Prabu Salya lan Raden Drestajumena.
Kanggo nerusake perang, Prabu Sujudana disengkuyung
para rayine kayata Dursasana,
Durmagati, Dursilawati lan liyan-liyane, misuda Resi Bisma pinangka Senopati.
Kahanan mau ndadekake gorehe para
Pandhawa, sebab saliyane Resi Bisma kuwi sekti mandra guna, uga sesepuh para
Pandhawa. Mula saka iku Pandhawa banjur nyuwun iguh pratikel marang Prabu Kresna kanggo ngadhepi Senopatine
Kurawa.
“ Arjuna, adhiku
wong bagus, ana cara sing bisa kanggo ngrantasi
reruwet iki, yen tha sliramu lila.” Ngono pangandikane Prabu Kresna marang
Arjuna, nalika para Pandhawa, yaiku Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa lan
Prabu Kresna nganakake pirembugan.
“ Nuwun Inggih
Kakang Prabu, mangga enggal ngendika kula nglilakaken
jiwa raga kula” Arjuna sumaur.
“Yen ngono dhi,
saiki kantinen ingkang garwa Dewi
Wara Srikandhi, marak sowan mrene”
Arjuna gage
nyusul Dewi Wara Srikandhi ing papan pelereman ing sapinggiring tegal
Kurusetra. Nalika Sang Arjuna rawuh,
Dewi Wara Srikandhi isih ngarih-arih ingkang mbakyu yaiku Dewi Drupadi ya
garwane Raden Puntadewa sing nangis amarga wis ditinggal seda ingkang rama
Prabu Salya uga Kangmase ya Raden Drestajumena.
“ Yayi, Garwaku
Dewi Wara Srikandhi, sliramu diutus Kangmas Prabu Kresna saiki uga sowan ing
ngarsane” , ngono Arjuna anggone ngendika karo ingkang garwa. Tanpa suwala Dewi
Srikandhi ndherekake ingkang garwa.
Sawise tekan
ngarep Prabu Kresna lan para kadang Pandhawa. Prabu kresna banjur ngendikan “
He, Wara Srikandhi, dinane iki wadyabala Pandhawa butuh senopati kanggo
ngadhepi Resi Bisma, ora ana liya sing bisa nandhingi kajaba amung sliramu, apa
kira-kira sliramu sanggup ngayahi
jejibah iki?”
“ Nuwun Kakang
Prabu, kula ingkang boten sarujuk menawi adhi Wara Srikandhi kedah jumeneng
senopatinipun Pandhawa, aluwung kula piyambak ingkang majeng dados senopati”
Arjuna gage nyaut pangandikane Prabu Kresna.
“ Inggih Kaka
Prabu, kula sagah dados senopatinipun Pandhawa, mbelani negara ngantos pecahing dada, wutahing ludira,
ngiras malesaken sedanipun Rama Prabu Salya ugi kadang kula sepuh Kangmas Raden
Drestajumena” Srikandhi nyaguhi kanthi tatag.
“ Lha, gene Srikandhi
saguh lho, mula dhimas Arjuna aja kokpalangi tekade garwamu, ngertia
dakcritani, supaya sliramu ora mangu-mangu ing perkara iki. Prabu Kresna sing
setemene pinangka titisane Batara
Wisnu, banjur nyritakake lelakon sing wis kawuri
lan sing bakal kelakon.
Jaman semono ing negara Pancala ana sayembara pilih, yaiku sapa bae sing
bisa menangake sayembara mau bakal dipundhut garwa dening putri kedaton, yaiku
Dewi Amba, Dewi Ambika lan Dewi Ambalika. Resi Bisma nalika semana isih asma
Dewabrata, bisa menangake sayembara, banjur putri telu mau diboyong ing negara
Astina. Satekane Astina putri telu mau dipasrahake ingkang rayi Sang Abiyasa
pinangka garwane. Dewi Ambika lan Dewi ambalika bisa nrima kanyatan mau.
Ing Tembe Dewi Ambalika peputra Raden Pandu
Dewanata ya ramane Pandhawa, Dewi Ambalika Peputra Kurawa. nanging dewi Amba
ora kersa nrima kahanan mau lan tetep nyuwun dipundhut garwa Sang Dewabrata,
Dewabrata sing wis kadhung janji karo ingkang Ibu Dewi Gangga ora bakal krama,
ora gelem nampa kersane Dewi Amba.
Kanggo nyabarake
kersane sang Dewi Dewabrata ngagar-agari
nganggo jemparing. Eloking lelakon Jemparing lumepas,
ngenani jajane sang Dewi, dewi Amba seda sanalika. Sasedane dewi Amba ana swara
ing angkasa tumuju marang Dewabrata, yen besuk ana perang gedhe ing antarane
darah Kuru, bakal ana wanita sulistya ing warna, sekti mandraguna, pinangka
senopati perang, ya iku titi wancine
Dewi Amba nagih janji pati marang Dewabrata. Saiki perang gedhe mau wis kelakon
ngancik dina kang kaping lima, Dewabrata ya Resi Bisma madheg dadi senopatine
Kurawa, ya mung Dewi Wara Srikandhi sing bisa nandhingi kridhane Resi Bisma,
jer satemene Dewi wara Srikandhi iku titisan Dewi Amba sing bakal nagih janji.
Krungu critane
Prabu Kresna, Raden Arjuna nglenggana lan paring palilah marang garwane dadi senopati wanita, ing perang Baratayuda.
Sanalika uga Dewi Srikandhi nyuwun palilah, kanggo nyamektakake wadyabala
Pandhawa, maju perang. Ora nganti setengah dina wadyabala Kuruwa akeh kang
nemahi tiwas, sing isih urip kocar-kacir, salang
tunjang mlayu ninggale pabaratan.
Weruh kahanan
mau Resi Bisma mentang langkap nyarirani
tindak ing satengahe paperangan. Bareng weruh yen sing dadi senopati Dewi
Srikandhi, lemes otot bebayune, kelingan lelakon sing wis kawuri. Ndadekake
lena lan kena puluhan jemparinge Dewi Wara Srikandhi sakala nglumpruk tanpa daya lan sambat nyuwun
seda marang Dewi Wara Srikandhi. Meruhi Resi Bisma kasoran, wadyabala Kurawa lan Pandhawa nglereni anggone perang.
Kabeh tetawang tangis ngubengi sang
Resi ingkang nandang kasangsaya.
“ He, wayah ingsun Pandhawa lan Kurawa,
weruha sira kabeh yen ta panandhangku iki, saka anggonku ngundhuh wohing pakartiku pribadi nalika semono, mula dadia kaca
benggala. Lan welingku marang sliramu Srikandhi,
dadi wanita kang teteg, tanggon
anggonmu mbelani jejeging bangsa lan nagara, dadia wanita utama, aku uga ngaturake panuwun sliramu wis nyampurnakake
janjiku” bubar ngendikan, Resi Bisma seda,
dikupeng kabeh putra wayah Pandhawa uga Kurawa. Kanggo sauntara perang
Baratayuda sirep.
· Nggawea kelompok, saben kelompok dumadi saka limang anggota.
· Temtokna sapa sing dadi ketua kelompok
· Tugase ketua kelompok, mimpin anggota kelompok kanggo ngayahi
kewajibane kanthi jujur, tanggung
jawab lan santun.
· Tugase kelompok, diskusi kanggo nggarap kabeh gladhen .
· Asile diskusi ditulis ana lembar kerja lan power point.
· Asile diskusi dipaparake ana ngarep kelas.
|
Gladhen 1
Tembung kang kacetak kandel
golekana tegese ana ing bausastra Jawa.
Tulandha:
Ngancik à dideleng ‘n’ , diterusake ‘ng’, banjur ‘a’. Yen durung ketemu kudu
digoleki tembung linggane à ng + ancik: meh tekan
a. Wadyabala
: prajurit
b. .........
c. .........
Nggoleki
teges tembung ing bausastra kuwi carane diurut kanthi ndeleng (mirsani)
aksara sing paling ngarep dhewe, diterusake aksara mburine.
|
Gladhen 2
a. Pitakon
ing ngisor iki wangsulana!
Tuladha :
· Apa
irah-irahane wacan sing wis kokwaca ing ndhuwur?
Irah-irahane
wacan ing ndhuwur “ Srikandhi Senopati Pandhawa”
1) Srikandhi
kuwi putrane sapa?
2) Pira
sedulure Srikandhi?
3) Sapa
asmane garwane Srikandhi?
4) Sapa
asmane senopatine Kurawa
5) Pandhawa
nyuwun iguh pratikele sapa kanggo ngadhepi senopatine Kurawa?
b.
Pratelan/andharan
(pernyataan) ing ngisor iki yen bener wenehana tanda B, yen salah wenehana tanda S.
1)
Sedulure Srikandhi sing
dari Senopati yaiku Dewi Drupadi.
2) Arjuna
pungkasane ora nyarujuki Srikandhi dadi senopati perang.
3) Dewabrata
nrima Dewi Amba pinangka garwane
4) Dewi
Srikandhi titisan Dewi Amba
5)
Prabu Kresna titisane
Batara Wisnu sing ngerti kabeh lelakon ing alam donya.
c.
Titik-titik
ing sajerone kotak, isinen manut silsilahe.
................................a)
|
Abiyasa
|
..........................b)
|
Destrarastra
|
................................c)
|
Pandawa :
1. Puntadewa
3.
Bima
3.
...............................d)
4. Nakula
5. Sadewa
|
Kurawa :
1.
...................................e)
2. Dursasana
....
.....
100. Dursilawati
|
Mangsuli
pitakon kanthi cara ditulis, kudu jangkep lan trep karo sing ditakokake,
ukarane kudu jelas jejer lan wasesane.
|
B. Kawruh Basa.
2. Swara jejeg lan swara miring
a.
Swara
jejeg, tegese aksara swara diwaca lan diucapake
kanthi jejeg apa anane. Lumrahe aksara swara mau manggon ana wanda tinarbuka,
ora disigeg.
Tuladhane: dina, wadyabala,
uga, saka, mula, iki lsp.
b.
Swara
miring, tegese aksara swara diwaca lan diucapake rada
miring nyedhaki aksara swara liyane. lumprahe, aksara swara mau manggon ana
wanda sigeg.
Tuladha: perang, pandhawa, weruh, marang,panuwun, lsp.
3. Swara aksara t (ta),
aksara
q (tha), f(da) lan
d (dha)
·
t (ta)à[to [tok\ =
Totok (jeneng uwong)
·
q (tha)à[qo[qok\ =
thothok (dithuthuk karo balunge driji sing ditekuk)
·
f (da)àpf = pada (BI. Bait)
·
d (dha)àp
d= padha (BI. Sama)
Pangucapan swara lan aksara ing Basa Jawa,
bisa mbedakake teges. Luwih jelas manawa pathokane nganggo huruf Jawa.
|
Gladhen 3
a.
Wacan ”Srikandhi Senopati
Pandhawa” iki wacanen kanthi migatekake pangucapane aksara sing trep ing ngarep
kelas.
Carane :
·
anggota kelompok gentenan
maca, lan gentenan nyemak wacanane anggota kelompok liyane!
·
Asile maca lan nyemak
digunakake kanggo bahan diskusi lan nggladhi maca sing trep.
·
Pilihen salah siji saka
anggotamu makili kelompok, maca wacan ing ngarep kelas.
b.
Bijinen pamacane kancamu nalika maca wacan “Srikandhi Senopati
Pandhawa”
Carane:
·
Wenehana
tanda centang (√) ing lembar pengamatan kang
sumadiya
4. Rimbagan Tembung
Tembung lingga bisa dirimbag
dadi tembung andhahan kanthi ditambahi/diimbuhi ater-ater, seselan lan
panambang. Panganggone ater-ater,
seselan lan panambang bisa ijen-ijen, uga bisa bebarengan. Ater-ater kuwi
manggone ana nemplek ing ngarep, seselan ing tengah lan panambang ana ing
samburi wanda ing tembung.
Tuladha
· ngancik
à
ng (ater-ater) + ancik (tembung lingga)
· ditinggal
à
di (ater-ater) = tinggal (tembung lingga)
· kokpalangi à
kok (ater-ater) + palang (tembung
lingga)
· ndadekake
à
n (ater-ater) + dadi (tembung lingga) + ake (panambang)
· mbelani
à
m (panambang) + bela (tembung lingga) + i (panambang)
· tumuju à
t + um (seselan) + uju
· sapirang-pirang
à
sa (ater-ater) + pirang-pirang (tembung dwilingga)
a.
Ater-ater (BI: Awalan) :
· Ater-ater anuswara : n, m,ny, ng
· Ater-ater tripurusa : dak, ko(kok),
di/dipun
· Ater-ater liyane : sa, pa, pri, pra, tar, ka, kuma,
kami, kapi.
b.
Seselan
(BI: sisipan) : el, er, in, um
c. Panambang (BI: akhiran): ake/aken,
i/ipun, a, an, na, ana, en, ku, mu,
e/ne.
|
Gladhen
4
Goleka
tembung andhahan kang pangrimbage sarana diimbuhi/ditambahi “Srikandhi Senopati
Pandhawa” sepuluh (10) tembung andhahan bae.
5.
Tegese
entar
Negesi tembung kuwi
yen didelok saka tegese ana teges wantah
lan teges entar. Teges wantah yaiku
teges apa anane. Teges entar yaiku
teges silihan, ora dimaknani/ditegesi apa anane. Teges entar ing basa Jawa ora
mung tinemu ing kasusastran bae, nanging uga tinemu ing pasrawungan saben dina.
Sing klebu teges entar kuwi ana sing mung rupa kumpulan tembung utawa gatra
diarani tembung entar, uga ana kang
karakit ing ukara kang gumathok (ora owah).
Tuladhane:
· pecahing dada, wutahing
ludira:
· ngundhuh wohing pakarti:
Ukara
kang gumathok (ora kena diowahi)
duwe teges entar yakuwi :
· Pepindhan
: unen-unen sing duwe
teges memper (BI. mirip)
Tuladha: tepunge (srawunge) kaya banyu
karo lenga.
· Paribasan:
unen-unen sing duwe teges umpama kaya (BI.peribahasa)
Tuladha:kebat
kliwat, gancang pincang: nyam,but gawene kesusu, asile ora maremake.
· Bebasan:
unen-uduwe teges lugu, ngumpamakake.
Tuladha:lahang
karoban manis wis ayu/bagus apik budi pekertine
· Saloka:
bebasan kang duwe teges pepenidhan (angel ditegesi lan arang digunakake.)
T uladha: Durjnana
mati raga:wong ala atekad pati.
· Sanepa:
unen-unen dumadi saka tembung,
tembung sifat lan tembung aran.
Tuladha: Tatune arang kranjang : tatune meh rata saawak (kerep), isih arang
bolongane kranjang.
|
Gladhen 5
a.
Goleka tuladhane saka ukara
gumathok duwe teges entar (bisa pepindhan, paribasan, bebasan, saloka, lan
sanepa, bebas) mau lima (5) bae!
6. Unggah-ungguh
Unggah-ungguh
ing basa Jawa kuwi arupa trap-trapan panganggone Basa Jawa dislarasake karo sapa,
apa lan ing ngendi basa mau digunakake. Tuladha cuplikan wacan ing ngisor iki
coba setitekna!
“ Arjuna, adhiku wong bagus, ana
cara sing bisa kanggo ngrantasi reruwet iki, yen tha sliramu lila.” Ngono pangandikane Prabu Kresna marang
Arjuna, nalika para Pandhawa, yaiku Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa lan
Prabu Kresna nganakake pirembugan.
“
Nuwun Inggih Kakang Prabu, mangga enggal ngendika kula nglilakaken jiwa raga
kula” Arjuna sumaur.
“Yen
ngono dhi, saiki kantinen ingkang garwa
Dewi Wara Srikandhi, marak sowan mrene”
Tembung kang kacithak kandel ing ukara-ukara cuplikan
wacan kuwi tembung krama , lan
digunakake ana wacan bebarengan karo tembung ngoko.
Wacan “Srikandhi Senopati Pandhawa” ing ndhuwur mujudake wacan kang migunakake
tata aturan trap-trapan unggah-ungguh basa kang trep.
Ukara “ Nuwun Inggih
Kakang Prabu, mangga enggal ngendika kula nglilakaken jiwa raga kula”
, tembung-tembunge kabeh mujudake tembung krama , mula ukara mau diarani ukara basa
krama inggil, basa krama inggil
mau digunakake Arjuna katujokake Kresna kang dikurmati pinangka raja, sedulur
tuwa lan penasehat.
Ukara “Yen ngono dhi, saiki kantinen ingkang garwa Dewi Wara Srikandhi,
marak sowan mrene”, tembunge campuran ngoko lan krama mula diarani basa ngoko alus. Basa ngoko alus mau
digunakake Kresna katujokake Arjuna, sanajan luwih endhek drajate (dudu raja),
sedulur enom, nanging tetep dikurmati amarga Arjuna pinangka satriya utama.
Unggah-ungguh
basa
Manut
trap-trapane basa Jawa sing digunakake kanggo srawung karo wong liya
kapilah dadi loro, yaiku basa ngoko
lan basa krama.
· Basa ngoko diperang
dadi loro, yaiku basa ngoko lugu lan basa ngoko alus. Basa ngoko lugu kanggo srawung/ngomong
karo wong liya sing kulina/akrab lan
kahanan ora resmi. Basa ngoko alus kanggo srawung /ngomong karo wong
liya sing kulina/akrab lan kahanan
ora resmi nanging ana rasa
hormat.
· Basa Krama diperang
dadi loro yaiku basa krama lugu lan
basa krama alus. Basa krama
digunakake kangga srawung/ngomong karo wong liya sing dikurmati. Bedane krama alus lan krama lugu manggon ana ing
papan lan empan nalika basa mau digunakake. Tuladhane yen tha matur karo
wong sing kurmati, tembung lan ukara kang katujokake marang wong mau kudu
nganggo basa krama alus, nanging yen katujokake marang awake dhewe cukup
krama lugu.
|
Gladhen 6
Tembung kang kacithak kandel golekana basa
kramane banjur tulisen maneh ukara ing ngisor iki!
Perang
Baratayuda wis ngancik dinakang kaping lima. Wadyabala Pandhawawissapirang-pirangkangdadi
kurban, klebu Prabu Salya lan Raden Drestajumena.
C.
Kawruh
Sastra
Wayang, salah sijine saka
kesenian Jawa sing wis diakoni pinangka warisan
budaya dunia. Pagelaran wayang mujudake seni
pertunjukkan sing mbutuhake seni
musik, seni suara, seni rupa, seni tari, seni drama lan seni sastra.
Yen
dijingglengi saka seni sastra/kasusastran,
crita wayang babone saka kakawin, kitab lan serat sing mujudaken asil karya
sastra.
Jenise
wayang ing Jawa mligine, lan ing Indonesia akeh banget, amarga meh kabeh
daerah/wilayah ing Indonesia nduweni wayang kanthi ciri khas.
Ing
Jawa bae jenis lan babone crita uga beda-beda. Wayang purwa (kulit/ wong) babon critane saka kitab Ramayana lan Mahabarata. Wayang Golek lan wayang krucilbabon critane saka serat babad, serat menak lan crita
rakyat. Wayang jemblung babon
critane saka serat Ambiyak, wayang suluh babone crita saka kisah nabi Isa ing kitab Injil lan crita rakyat. Lan isih akeh maneh
jenise wayang sing saiki wis langka lan bisa ditemoni ing museum kayata wayang beber, wayang thithi, wayang potei,
wayang thengul lan sapanunggalane.
D. Pakarti luhur
Wayang, crita wayang tumrap wong Jawa
mesthine wis mbalungsungsum, tegese wis nyawiji ing panguripan saben
dinane. Umpamane nalika nganakake upacara adat rupa mantenan, sunatan,
tingkepan, mahargya dina becik umpamane dina kamardikan, bersih desa lan sapanunggalane,
biyen direjakake kanthi nanggap wayang.
Jaman saiki amarga anane owah gingsir
lan perkembangan jaman sing
luwih nengenake kepraktisan, keekomomisanlan
sapanunggalane, tinimbang nanggap wayang, luwih seneng nanggap liyane sing
luwih praktis lan murah. Pakarti kang mung nengenake kepraktisan lan ekonomis,
pancen dinalar bener, ananging bisa uga njalari lunture rasa tresna marang
budayane dhewe yaiku budaya Jawa.
Crita
wayang mujudake wewayangan utawa gegambarane lelakon uwong urip ing alam donya
sing bakale bisa nemtokake lakone urip ing jaman kalanggengan, sing duwe
kewajiban lan tanggung jawab tumrap Gusti kang Murbeng Dumadi, bangsa lan negara, masyarakat, lan diri pribadi. Crita wayang mau bisa dadi
sumber pendidikan lan patuladhan.
Paraga-paraga ing wayang uga
mujudake gambaran saka pawakan, sifat lan perilakune wong urip. Saka pawakan,
sifat lan perilakune paraga ing wayang
uwong bisa njupuk sari pati saka ajaran/filasfat sing kena kanggo pedomane
urip.
Tuladhane paraga Srikandhi ing teks
crita wayang “Srikandi Senopati Pandhawa”, sanajan dheweke wanita tekad lan niate sing madhep manteb, uga
rasa tanggungjawabe kanggo mbelani
bangsa, negara lan kulawarga diwujudake kanthi sumadiya dadi senopati perang
nglilakake nyawane. Kajujurane Bisma
nalika kudu ngadhepi Dewi Amba, lan
ngakoni kaluputane ing sangarepe putra wayahe, wujud saka watake satriya tama.
Semono uga kejujuran Arjuna anggone
nelakake rasa ora setujune marang panemune Kresna, lan ngakoni kaluputane
amarga saka gak ngertine. Kurmate kabeh paraga marang Resi Bisma pinangka
sesepuh, kurmate Arjuna marang Kresna, kurmate Srikandhi marang Arjuna lan
Kresna, wujud saka sifat, watak lan perilaku kurmat/santun kang ngerti papan lan empan.
D. Lembar Pengamatan
Diri
4.
Wenehana tanda centang (√) ing
andharan(pernyataan) sing kokanggep paling pas karo kanyatan sing koklakoni.
5.
Katrangane kanggo mbiji pakulinane
(kebiasaan):
4 =
mesthi dilakoni
3 =
asring dilakoni
2 =
arang-arang dilakoni
1 =
tau dilakoni
0 =
ora tau dilakoni
6.
Lembar pengamatan
No.
|
Aspek penilaian
|
Kriteria
|
||||
4
|
3
|
2
|
1
|
0
|
||
1
|
a.
Kulina donga (ngucap/nulis
krana Gusti Kang Maha Kuwasa) sadurung miwiti blajar basa Jawa
|
|
|
|
|
|
b.
Kulina migunakake basa Jawa kanggo ngomong karo sapa
bae (guru, kanca) nalika jam pelajaran Basa Jawa.
|
|
|
|
|
|
|
c.
Kulina ngetrapake tata krama nalika srawung karo
kancane
|
|
|
|
|
|
|
d.
Kulina ngetrapake tatakrama nalika matur karo
gurune.
|
|
|
|
|
|
|
2
|
·
Jujur nalika njawab pitakon-pitakon ngenani wacan
crita wayang manut panemune dhewe.
|
|
|
|
|
|
3
|
·
Tanggungjawab marang tugas pribadi
·
Tanggungjawab marang tugas kelompok.
|
|
|
|
|
|
4
|
·
Ngurmati panemune wong liya nalika diskusi.
·
Migunakake tembung kang pas (ora kasar lan kemproh)
nalika ngomong lan takon ing diskusi.
|
|
|
|
|
|
5
|
·
Nggatekake nalika nyemak crita wayang.
·
Tertarik, pingin ngerti lan bljar crita wayang
|
|
|
|
|
|
..............,
................2013
.......................................
Nama :
.............................
Kelas/No
absen : ................
E. Pengetahuan
5.
Pitakon ing ngisor iki wangsulana!
f. Apa
judule crita wayang sing kok rungokake?
g. Srikandhi
kuwi putrane sapa?
h. Pira
sedulure Srikandhi?
i. Sapa
asmane garwane Srikandhi?
j. Pandhawa
nyuwun iguh pratikele sapa kanggo ngadhepi senopatine Kurawa?
6. Pratelan/andharan
(pernyataan) ing ngisor iki yen bener wenehana tanda B, yen salah wenehana tanda S.
f.
Sedulure Srikandhi sing dari Senopati
yaiku Dewi Drupadi.
g.
Arjuna pungkasane ora nyarujuki
Srikandhi dadi senopati perang.
h.
Dewabrata nrima Dewi Amba pinangka
garwane.
i.
Dewi Srikandhi titisan Dewi Amba.
j.
Prabu Kresna titisane Batara Wisnu sing
ngerti kabeh lelakon ing alam donya.
7.
Tembung kang kacithak kandel golekana basa
kramane banjur tulisen maneh ukara mau ing titik-titik ngisor!
Perang Baratayuda wis ngancikdinakang kaping lima.
Wadyabala Pandhawawissapirang-pirangkangdadi
kurban, klebu Prabu Salya lan Raden Drestajumena.
........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
8.
Titik-titik
ing sajerone kotak, isinen manut silsilahe.
................................a)
|
Abiyasa
|
..........................b)
|
Destrarastra
|
................................c)
|
Pandawa :
1. Puntadewa
4.
Bima
3. ...............................d)
4. Nakula
5. Sadewa
|
Kurawa :
1.
...................................e)
2. Dursasana
....
....
100. Dursilawati
|
Nama :
.............................
Kelas/No
absen : ................
F.
Lembar
Pengamatan Praktik.
Wenehana
tanda centang (√) ing andharan(pernyataan)
sing kokanggep paling pas karo kanyatan sing kokamati, nalika kancamu sing
makili kelompok presentasi ing ngarep kelas.
3.
Katrangane kanggo mbiji:
4 =
pas banget
3 =
pas
2 =
cukup pas
1 =
kurang pas
0 =
ora pas
4.
Lembar pengamatan
No.
|
Aspek penilaian
|
Kriteria
|
||||
4
|
3
|
2
|
1
|
0
|
||
1
|
Maca teks kanthi
lafal kang pas karo kaidah pelafalan ing basa Jawa.
|
|
|
|
|
|
2
|
Anggone nggawe
kertas kerja lan power point
Pas karo hasil
diskusi.
|
|
|
|
|
|
3
|
Anggone maparake
hasil diskusi migunakake basa Jawa lan sikap sarta polatane slaras karo
unggah-ungguh (kesantunan)
|
|
|
|
|
|
4
|
Anggone nanggapi
pitakon migunakake basa Jawa lan sikap sarta polatane slaras karo
unggah-ungguh.
|
|
|
|
|
|
..............,
.................2013
Pengamat,
........................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar