Selasa, 18 November 2014

RPP Teks Narasi SMP Bahasa Jawa

1.1  Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa daerah, serta   untuk melestarikan dan mengembangkan budaya daerah untuk didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan  kebudayaan  Nasional
1.1.1   Terbiasa berdoa sebelum memulai dan sesudah kegiatan belajar bahasa daerah.
1.1.2   Terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi dengan tata krama.





Terintegrasi pada KD 3 dan KD 4
Penilaian diri :
· Peserta didik menilai diri sendiri kebiasaan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa daerah.
· Peserta didik menilai sikap diri sendiri dalam menggunakan bahasa daerah dengan tata krama sebagai sarana menyajikan informasi tentang  struktur teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.

4 x 40º


1.2   Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulis
1.2.1    Terbiasa menggunakan bahasa daerah sebagai sarana memahami informasi tulis

Terintegrasi pada KD 3 dan KD 4
·   Peserta didik menilai diri sendiri kelancaran dalam menyampaikan pesan moral teks wayang/ topѐng ḍhâlângdikaitkan dengan kehidupan

1.3  Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis
1.3.1  Terbiasa menggunakan bahasa daerah sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis  sesuai dengan tata krama.
Terintegrasi pada KD 3 dan KD 4
·   Peserta didik menilai diri sendiri kesantunan dalam menyampaikan pesan moral teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.dikaitkan dengan kehidupan



2.2  Memiliki perilaku percaya diri dan tanggungjawab atas  karya budaya masyarakat daerah yang pebuh makna
2.2.1  bertanggung jawab dalam membuat tanggapan pribadi terhadap  struktur teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.
2.2.2  Santun dalam menyajikan tanggapan pribadi terhadap struktur teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.
Terintegrasi pada KD 3 dan KD 4

3.3   Memahami struktur teks, unsur kebahasaan, dan pesan moral dari teks lisan dan tulis yang berupa fiksi  (wayang/ cerpen/cerita rakyat/ topѐng ḍhâlâng).
3.3.1  Menenjelaskan struktur teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.
3.3.2  Menentukan unsur kebahasaan teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.
3.3.3 Menyimpulkan pesan moral teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng
·   Struktur teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
·   Unsur kebahasaan teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
·   Pesan moral dalam teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
Mengamati:
·      Peserta didik membaca teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
·      Peserta didik menyimak  teks wayang/ topѐng ḍhâlâng yang disajikan.
Menanya:
·       Peserta didik bertanya jawab tentang struktur teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.

Tes tulis
·      Menilai pemahaman peserta didik tentang struktur teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.





·   Penyimpulan isiteks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
·   Relevansi pesan moral wayang/ topѐng ḍhâlâng dengan kehidupan
·      Peserta didik bertanya jawab tentang unsur kebahasaan teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
Mengumpulkan informasi:
·      Peserta didik mencari teks wayang/ topѐng ḍhâlâng dari berbagai sumber.
·      Peserta didik berdiskusi tentang  unsur kebahasaan teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
·      Peserta didik berdiskusi tentang isi teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
·      Peserta didik berdiskusi tentang  pesan moral dalam teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
·      Peserta didik berdiskusi tentang relevansi pesan moral dalam teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
Mengasosiasi:
·      Peserta didik menentukan struktur  teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
·      Peserta didik menentukan  unsur kebahasaan teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
·      Peserta didik merelevansikan pesan moral teks wayang/ topѐng ḍhâlâng dengan kehidupan.
·        Menilai pemahaman unsur kebahasaan dalam teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.






Tes lisan:
·       Menilai pemahaman peserta didik tentang pesan moral wayang/ topѐng ḍhâlâng


Portofolio :
·      Menilai hasil apresiasi teks wayang/ topѐng ḍhâlâng


4.3  Mengapresiasi  teks fiksi (wayang/ cerkak/cerita rakyat/ Topeng dhalang) sesuai konteks secara lisan dan tulis
4.3.1 Menyimpulkan isi wayang/ topѐng ḍhâlâng.
4.3.2 Merelevansikan pesan moral teks wayang/ topѐng ḍhâlâng  dengan kehidupan

Mengomunikasikan:
·       Peserta didik  menyajikan hasil diskusi tentang teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.terkait struktur, unsur kebahasaan, pesan moral dan relevansinya dengan kehidupan,
·       Peserta didik menyajikan hasil apresasi dalam bentuk karya tulis sederhana














RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 1)
Satuan Pendidikan                      :    SMP
Mata Pelajaran                            :    Bahasa Jawa
Kelas/Semester                            :    VIII/Semester Dua
Materi Pokok                              :    Teks Narasi
Alokasi Waktu                            :    2 pertemuan ( 4X 40 menit)

A.      Kompetensi Inti
1.      Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2.      Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3.      Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4.      Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B.       Kompetnsi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
1
1.1  Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa daerah, serta untuk melestarikan dan mengembangkan budaya daerah untuk didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan  kebudayaan  Nasional.
1.2  Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulis
1.3  Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis
1.1.1        Berdoa sebelum memulai dan sesudah kegiatan belajar bahasa daerah.
1.1.2        Menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi dengan tata krama/santun.



1.2.1        Menggunakan bahasa daerah sebagai sarana memahami informasi tulis.



1.3.1    Menggunakan bahasa daerah sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis  sesuai dengan tata krama/santun
2
2.1 Memiliki perilaku percaya diri dan tanggungjawab atas  karya budaya masyarakat daerah yang pebuh makna.



2.2.3  bertanggung jawabdalam membuat tanggapan pribadi terhadap  struktur teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.
2.2.4  Santun dalam menyajikan tanggapan pribadi terhadap struktur teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.
3
3.1  Memahami struktur teks, unsur kebahasaan, dan pesan moral dari teks lisan dan tulis yang berupa fiksi  (wayang/ cerpen/cerita rakyat/ topѐng ḍhâlâng)..
3.1.1 Menjelaskan struktur teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.
3.3.2  Menentukan unsur kebahasaan teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.
3.3.3 Menyimpulkan pesan moral teks  wayang/ topѐng ḍhâlângdengan jujur.

4.3Mengapresiasi  teks fiksi (wayang/ cerkak/cerita rakyat/ Topeng dhalang) sesuai konteks secara lisan dan tulis.
4.3.1  Menyimpulkan isi wayang/ topѐng ḍhâlâng.
4.3.2 Merelevansikan pesan moral teks wayang/ topѐng ḍhâlâng  dengan kehidupan

C.      Tujuan Pembelajaran
Sikap
Sikap Spiritual
1.      Peserta didikterlibat secara aktif dalam proses pembelajaran berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran.
2.      Dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran teks wayang“Srikandhi Senopati Pandhawa” yang berbasis teks, peserta didik terbiasa menggunakan bahasa daerah sebagai sarana memahami informasi tulis.
3.      Dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran teks wayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa” yang berbasis teks, terbiasa menggunakan bahasa daerah sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis  sesuai dengan tata krama/santun.

Sikap Sosial
1.        Peserta didikterlibat secara aktif dalam proses pembelajaran struktur tekswayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa” yang berbasis teks,memiliki sikap bertanggung jawabdalam membuat tanggapan pribadi terhadap teks wayang agar memiliki perilaku percaya diri dan tanggungjawab atas  karya budaya masyarakat daerah yang pebuh makna
2.        Dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran struktur tekswayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa” yang berbasis teks, peserta didik santundalam menyajikan tanggapan pribadi terhadap struktur teks  wayang.

Pengetahuan
1.        Melalui kegiatan tanya jawab Explicit Instruction,  peserta didik dapat menjelaskan struktur teks wayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa”
2.        Melalui kegiatan tanya jawab Explicit Instruction, peserta didik dapat menentukan unsur kebahasaan teks  wayang“ Srikandhi Senopati Pandhawa”dengan benar.
3.        Melalui kegiatan tanya jawabExplicit Instruction, peserta didik dapat menyimpulkan isi teks  wayang“ Srikandhi Senopati Pandhawa”.
4.        Melalui kegiatan tanya jawab Explicit Instruction, peserta didik dapat menjelaskan pesan moral teks  wayang“ Srikandhi Senopati Pandhawa” dengan benar.

Keterampilan
1.       Setelah belajar tentang isiteks, peserta didik dapat meyimpulkan isi wayang“ Srikandhi Senopati Pandhawa” dalam bentuk tulisan dengan kaidah penulisan dalam bahasa Jawa yang baik dan benar.
2.       Setelah belajar tentang isiteks, peserta didik dapat meyimpulkan isi wayang“ Srikandhi Senopati Pandhawa” dalam secara lisan denngan menggunakan bahasa yang santun.
3.       Setelahbelajar tentang pesan moral dalam teks, peserta didik dapat merelevansikan pesan moral teks wayang/ topѐng ḍhâlâng  dengan kehidupansehari-hari jujur.

D.      Materi Pelajaran*
1.      Tekscerita wayang.
2.      Cara  menjawab pertanyaan tertulis tentang isi teks wayang.
3.      Kaidah ejaan dan penulisan dalam bahasa Jawa.
4.      Unsur kebahasaan dalam teks cerita wayang (kata, kalimat dan ungkapan)
5.      Struktur teks wayang.
6.      Kesantunan berbahasa Jawa biasa menggunakan bahasa sesuaidengan tata krama/unggah - ungguh yang berlaku dalam bertanya jawab dan menyampaikan pendapat.
*   Materi terlampir

E.       Metode Pembelajaran
1.    Pendekatan     : Saintifik/ Kontekstual
2.    Model             : Pembelajaran Berbasis Teks (Genre-based Aproach)
3.    Sintaks:
a.         Membangun konteks
b.        Pemodelan teks
c.         Pemecahan masalah secara bersama
d.       Pemecahan masalah secara individual
4.    Model  :Model pembelajaran kooperatif
5.    MetodeKBM  : Demonstrasi, tanya jawab, diskusi
6.    Teknik : Explicit Instruction.

F.        KKM : .....
G.      Sumber Belajar
1.         Bruce, Joice, Caolhun, 2009. Models of Teaching (model Pengajaran). Yogyakarta: Pustka Pelajar.
2.         Jatirahayu, Warih dan Margono Notopertomo. Pakartitama:Wayang Sebagai Sumber Pendidikan Budi Pekerti. Klaten: CV Sahabat.
3.         Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Pedoman Umum Ejaan bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan. Yogyakarta: Balai Bahasa
4.         Mangunsuwito, S.A. 2002.Kamus Bahasa Jawa, Jawa-Indonesia. Bandung: CV. YramaWidya.
5.         Padmosoekotjo, S. 1960. Ngengrengan Kasusastran Djawi 1. Jogjakarta: Hien Hoo Sing.
6.         Padmosoekotjo, S. 1960. Wewaton Panulise Basa Jawa Nganggo Aksara Jawa. Surabaya: PT. Citra Jaya Murti.
7.         Saryono, Djoko. 2011. Sosok Budaya Jawa:Rekonstruksi Normatif Idealistis. Malang: Aditya Media Publishing.
8.         Sasangka Sry Tjatur Wisnu. 2011. Bunyi-bunyi Distingtif Bahasa Jawa.Yogyakarta:Elmatera Publishing.
9.         Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia:J.B. Wolter.
10.     Prof Yu,,.....

H.      Media Pembelajaran
1.      Alat :
LCD/Laptop CD Interaktif pembelajaran cerita wayang
2.      Bahan :
Teks cerita wayang*. (disediakan guru hasil modifikasi dari berbagai sumber)

I.         Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pengorganisasian
Peserta didik
Alokasi waktu
Pendahuluan
·       Guru memberi salam dan mengabsen
·       Guru melakukan apersepsi dengan mengulas materi pelajaran minggu yang lalu  melalui kegiatan bertanya jawab dan demonstrasi.
·       Menyampaikan tujuan pembelajaran meliputi aspek afektif (sikap spirutual dan sikap sosial), kognitif, dan psikomotor.

4 x 10º
Kegiatan inti
·       Mengamati:
-   Peserta didik membaca teks wayang “Srikandhi Senopati Pandhawa”.
-   Peserta didik menyimak  teks wayang “Srikandhi Senopati Pandhawa”yang disajikan.
·      Menanya:
-   Peserta didik bertanya jawab tentang struktur teks wayang “Srikandhi Senopati Pandhawa”..
-Peserta didik bertanya jawab tentang unsur kebahasaan teks wayang “Srikandhi Senopati Pandhawa”.
·      Mengumpulkan informasi:
-    Peserta didik mencari teks wayang“Srikandhi Senopati Pandhawa”dari berbagai sumber.
-    Peserta didik berdiskusi tentang  unsur kebahasaan teks wayang “Srikandhi Senopati Pandhawa”.
-   Peserta didik berdiskusi tentang isi teks wayang “Srikandhi Senopati Pandhawa”.
-    Peserta didik berdiskusi tentang  pesan moral dalam teks wayang “Srikandhi Senopati Pandhawa”.
-   Peserta didik berdiskusi tentang relevansi pesan moral dalam teks wayang “Srikandhi Senopati Pandhawa”..
·      Mengasosiasi:
-   Peserta didik menentukan struktur  teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
-   Peserta didik menentukan  unsur kebahasaan teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.
-   Peserta didik merelevansikan pesan
·       Mengomunikasikan:
-   Peserta didik  menyajikan hasil diskusi tentang teks wayang/ topѐng ḍhâlâng.terkait struktur, unsur kebahasaan, pesan moral dan relevansinya dengan kehidupan,
-   Peserta didik menyajikandengan bahasa daerah hasil apresasi dalam bentuk karya tulis sederhana

4 x 25º
Penutup
·       Gurubersamasiswa melakukan refleksi hasilpembelajaran
·       Guru memberi tugas sebagai perbaikan dan pengayaan
·       Guru menutup pelajaran

 4 x 5º


J.    Penilaian
1.      Sikap spiritual dan sosial
a.       Tehnik Penilaian       :    Pengamatan
b.      Bentuk Instrumen    :    Lembar Pengamatan
c.       Kisi – kisi                 :   




LEMBAR PENGAMATAN DIRI
No.
Sikap/Nilai
Indikator
Rubrik Penilaian
Butir Pertanyaan

1.1  Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa daerah, serta untuk melestarikan dan mengembangkan budaya daerah untuk didayagunakan sebagai upaya pembinaan dan pengembangan  kebudayaan  Nasional.
1.2  Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulis.
1.3  Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa daerah sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis
1.1.3   Berdoa sebelum memulai dan sesudah kegiatan belajar bahasa daerah.
1.1.4    Terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi dengan tata krama/santun.





1.2.2        Terbiasa menggunakan bahasa daerah sebagai sarana memahami informasi tulis.

1.3.1    Terbiasa menggunakan bahasa daerah sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan tulis  sesuai dengan tata krama/santun












1 – 5




1 – 5






2.1 Memiliki perilaku percaya diri dan tanggungjawab atas  karya budaya masyarakat daerah yang pebuh makna.



2.2.1   bertanggung jawabdalam membuat tanggapan pribadi terhadap  struktur teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.
2.2.2   Santun dalam menyajikan tanggapan pribadi terhadap struktur teks  wayang/ topѐng ḍhâlâng.



2.      Pengetahuan
a.       Tehnik Penilaian       : Tes tulis/tes lisan
b.      Bentuk Isntrumen    : Uraian non obyektif
c.       Kisi – kisi                 :   
           LEMBAR PENGETAHUAN
No
Indikator
Rubrik Penilaian
Butir Instrumen
1
Menjelaskan struktur teks wayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa”.


2
Menentukan unsur kebahasaan teks  wayang“ Srikandhi Senopati Pandhawa”dengan benar


3
Menjelaskan makna kata sukar dalam teks wayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa”.


4
Menjelaskan makna kata, kalimat dan ungkapan dalam teks narasi menyimpulkan “ Srikandhi Senopati Pandhawa”.


5
Menjawab pertanyaan terkait isi teks wayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa”.


6
menyimpulkan isi teks  wayang“ Srikandhi Senopati Pandhawa”.


Tes lisan:
Menilai pemahaman peserta didik tentang pesan moral wayang/ topѐng ḍhâlâng



7
Menjelaskan pesan moral teks  wayang “ Srikandhi Senopati Pandhawa” dengan benar.



3.      Keterampilan
a.   Teknik Penilaian      : P1= evaluasi Produk dan P2= evaluasi Unjuk Kerja
b. Bentuk Instrumen       : Lembar Penilaian
c. Kisi-kisi:

No.
Indikator
Rubrik Penilaian
Butir Instrumen
1.
Peserta didik menyajikan hasil apresiasi dalam bentuk karya tulis sederhana


                                      :   
*)    Terlampir pada lembar penilaian.

         Mengetahui,                                                                   ...........,  ...............
         Kepala Sekolah                                                              Guru Bahasa Jawa


          ...................................                                                                  ..................................



A.    Lembar Pengamatan Diri

1.    Wenehana tanda centang (√) ing andharan(pernyataan) sing kokanggep paling pas karo kanyatan sing koklakoni.                    
2.    Katrangane kanggo mbiji pakulinane (kebiasaan):
5   =   ajeg
4   =   kerep
3   =   arang-arang
2   =   tau
1   =   blas
3.    Lembar pengamatan
No.
Aspek penilaian
Skala Penilaian
5
4
3
2
1
1
a.     Kulina ndonga sadurunge miwiti lan mungkasipasinaon Basa Jawa.





b.     Kulina migunakake Basa Jawa kanggo ngomong karo sapa bae (guru, kanca) nalika jam pelajaran.





c.     Kulina ngetrapake tatakrama nalika ing pasrawungan.





2
·      Jujur nalika mangsuli pitakon-pitakon ngenani wacan crita wayang manut panemune dhewe.





3
·       Tanggungjawab marang tugas pribadi





·       Tanggungjawab marang tugas kelompok.





4
·       Ngurmati panemune wong liya nalika diskusi.
·       Migunakake tembung kang pas (ora kasar lan kemproh) nalika ngomong lan takon ing diskusi.






                                                                  .............., ................2013



                                                                  .......................................






                                                                                Nama  :  .............................
                                                                    Kelas/No absen : ................
B.     Pengetahuan

1.    Pitakon ing ngisor iki wangsulana!
a.    Apa judule crita wayang sing kok rungokake?
b.    Srikandhi kuwi putrane sapa?
c.    Pira sedulure Srikandhi?
d.   Sapa asmane garwane Srikandhi?
e.    Pandhawa nyuwun iguh pratikele sapa kanggo ngadhepi senopatine Kurawa?

2.    Pratelan/andharan (pernyataan) ing ngisor iki yen bener wenehana tanda  B, yen salah wenehana tanda S.
a.    Sedulure Srikandhi sing dari Senopati yaiku Dewi Drupadi.
b.    Arjuna pungkasane ora nyarujuki Srikandhi dadi senopati perang.
c.    Dewabrata nrima Dewi Amba pinangka garwane.
d.   Dewi Srikandhi titisan Dewi Amba.
e.    Prabu Kresna titisane Batara Wisnu sing ngerti kabeh lelakon ing alam donya.

3.    Tembung kang kacetak kandel golekana basa kramane banjur tulisen maneh ukara mau ing titik-titik ngisor!
Perang Baratayuda wis ngancikdinakang kaping lima. Wadyabala Pandhawawissapirang-pirangkangdadi kurban, klebu Prabu Salya lan Raden Drestajumena.
........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
4.    Ceceg – ceceg  ing sajerone kothak, isinen manut silsilahe.
................................a)
Abiyasa
..........................b)
Destrarastra
................................c)
Pandawa :
1. Puntadewa
2.    Bima
3. ...............................d)
4. Nakula
5. Sadewa
Kurawa :
1. ...................................e)
2. Dursasana
...
100. Dursilawati
 














                                                                    Nama  :  .............................
                                                                    Kelas/No absen : ................
C.    Lembar Pengamatan portofolio hasil tulisan
Wenehana tandha centhang () ing andharan(pernyataan) sing kokanggep paling pas karo kanyatan sing kokamati, tulisane kancamu.   
1.      Katrangane kanggo mbiji:
5   =   pas banget
4   =   pas
3   =   cukup pas
2   =   kurang pas
1   =   ora pas
2.      Lembar pengamatan
No.
Aspek penilaian
Kriteria
5
4
3
2
1
1
Tulisan (hasil tulisan/karya tulis sederhana)sing pas karo kaidah ejaanlan penulisan ing tata tulis basa Jawa.






Panulisane vokal





Panulisane konsonan





Panganggo tembung





Ukarane runtut





Kohesi lan kohenrensi paragraf







LEMBAR PENGAMATAN PRAKTIK OLEH GURU

No
Nama
Tulisan (hasil tulisan/karya tulis sederhana) pas karo kaidah pelafalan lan penulisan tata tulis ing basa Jawa.

Panulisane vokal
Panulisane konsonan
Pangang-go tembung
Ukarane runtut
Kohesi lan kohenrensi paragraf

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
A

























2
B

























3
C





















































                                                                                .............., .................2013
                                                                                Pengamat, 



                                                                        ........................................
LEMBAR MATERI

A.      Teks Cerita wayang :
Wacan ing ngisor iki wacanen kang titi!
Srikandhi Senopati Pandhawa.
Perang Baratayuda wis ngancik dina kang kaping lima. Wadyabala Pandhawa wis sapirang-pirang kang dadi kurban, klebu Prabu Salya lan Raden Drestajumena. Kanggo nerusake perang, Prabu Sujudana disengkuyung para rayine kayata Dursasana, Durmagati, Dursilawati lan liyan-liyane,  misuda Resi Bisma pinangka Senopati. Kahanan mau ndadekake gorehe para Pandhawa, sebab saliyane Resi Bisma kuwi sekti mandra guna, uga sesepuh para Pandhawa. Mula saka iku Pandhawa banjur nyuwun iguh pratikel marang Prabu Kresna kanggo ngadhepi Senopatine Kurawa.
“ Arjuna, adhiku wong bagus, ana cara sing bisa kanggo ngrantasi reruwet iki, yen tha sliramu lila.” Ngono pangandikane Prabu Kresna marang Arjuna, nalika para Pandhawa, yaiku Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa lan Prabu Kresna nganakake pirembugan.
“ Nuwun Inggih Kakang Prabu, mangga enggal ngendika kula nglilakaken jiwa raga kula” Arjuna sumaur.
“Yen ngono dhi, saiki kantinen ingkang garwa Dewi Wara Srikandhi, marak sowan mrene”
Arjuna gage nyusul Dewi Wara Srikandhi ing papan  pelereman ing sapinggiring tegal Kurusetra.  Nalika Sang Arjuna rawuh, Dewi Wara Srikandhi isih ngarih-arih ingkang mbakyu yaiku Dewi Drupadi ya garwane Raden Puntadewa sing nangis amarga wis ditinggal seda ingkang rama Prabu Salya uga Kangmase ya Raden Drestajumena.
“ Yayi, Garwaku Dewi Wara Srikandhi, sliramu diutus Kangmas Prabu Kresna saiki uga sowan ing ngarsane” , ngono Arjuna anggone ngendika karo ingkang garwa. Tanpa suwala Dewi Srikandhi ndherekake ingkang garwa.
Sawise tekan ngarep Prabu Kresna lan para kadang Pandhawa. Prabu kresna banjur ngendikan “ He, Wara Srikandhi, dinane iki wadyabala Pandhawa butuh senopati kanggo ngadhepi Resi Bisma, ora ana liya sing bisa nandhingi kajaba amung sliramu, apa kira-kira sliramu sanggup ngayahi jejibah iki?”
“ Nuwun Kakang Prabu, kula ingkang boten sarujuk menawi adhi Wara Srikandhi kedah jumeneng senopatinipun Pandhawa, aluwung kula piyambak ingkang majeng dados senopati” Arjuna gage nyaut pangandikane Prabu Kresna.
“ Inggih Kaka Prabu, kula sagah dados senopatinipun Pandhawa, mbelani negara ngantos pecahing dada, wutahing ludira, ngiras malesaken sedanipun Rama Prabu Salya ugi kadang kula sepuh Kangmas Raden Drestajumena” Srikandhi nyaguhi kanthi tatag.
“ Lha, gene Srikandhi saguh lho, mula dhimas Arjuna aja kokpalangi tekade garwamu, ngertia dakcritani, supaya sliramu ora mangu-mangu ing perkara iki. Prabu Kresna sing setemene pinangka titisane Batara Wisnu, banjur nyritakake lelakon sing wis kawuri lan sing bakal kelakon.  
 Jaman semono ing negara Pancala ana sayembara pilih, yaiku sapa bae sing bisa menangake sayembara mau bakal dipundhut garwa dening putri kedaton, yaiku Dewi Amba, Dewi Ambika lan Dewi Ambalika. Resi Bisma nalika semana isih asma Dewabrata, bisa menangake sayembara, banjur putri telu mau diboyong ing negara Astina. Satekane Astina putri telu mau dipasrahake ingkang rayi Sang Abiyasa pinangka garwane. Dewi Ambika lan Dewi ambalika bisa nrima kanyatan mau.
 Ing Tembe Dewi Ambalika peputra Raden Pandu Dewanata ya ramane Pandhawa, Dewi Ambalika Peputra Kurawa. nanging dewi Amba ora kersa nrima kahanan mau lan tetep nyuwun dipundhut garwa Sang Dewabrata, Dewabrata sing wis kadhung janji karo ingkang Ibu Dewi Gangga ora bakal  krama, ora gelem nampa kersane Dewi Amba.
 Kanggo nyabarake kersane sang Dewi Dewabrata ngagar-agari nganggo jemparing. Eloking lelakon Jemparing lumepas, ngenani jajane sang Dewi, dewi Amba seda sanalika. Sasedane dewi Amba ana swara ing angkasa tumuju marang Dewabrata, yen besuk ana perang gedhe ing antarane darah Kuru, bakal ana wanita sulistya ing warna, sekti mandraguna, pinangka senopati perang, ya iku titi wancine Dewi Amba nagih janji pati marang Dewabrata. Saiki perang gedhe mau wis kelakon ngancik dina kang kaping lima, Dewabrata ya Resi Bisma madheg dadi senopatine Kurawa, ya mung Dewi Wara Srikandhi sing bisa nandhingi kridhane Resi Bisma, jer satemene Dewi wara Srikandhi iku titisan Dewi Amba sing bakal nagih janji.
Krungu critane Prabu Kresna, Raden Arjuna nglenggana lan paring palilah marang garwane dadi senopati wanita, ing perang Baratayuda. Sanalika uga Dewi Srikandhi nyuwun palilah, kanggo nyamektakake wadyabala Pandhawa, maju perang. Ora nganti setengah dina wadyabala Kuruwa akeh kang nemahi tiwas, sing isih urip kocar-kacir, salang tunjang mlayu ninggale pabaratan.
Weruh kahanan mau Resi Bisma mentang langkap nyarirani tindak ing satengahe paperangan. Bareng weruh yen sing dadi senopati Dewi Srikandhi, lemes otot bebayune, kelingan lelakon sing wis kawuri. Ndadekake lena lan kena puluhan jemparinge Dewi Wara Srikandhi  sakala nglumpruk tanpa daya lan sambat nyuwun seda marang Dewi Wara Srikandhi. Meruhi Resi Bisma kasoran, wadyabala Kurawa lan Pandhawa nglereni anggone perang. Kabeh tetawang tangis ngubengi sang Resi ingkang nandang kasangsaya.
“ He, wayah ingsun Pandhawa lan Kurawa, weruha sira kabeh yen ta panandhangku iki, saka anggonku ngundhuh wohing pakartiku pribadi nalika semono, mula dadia kaca benggala. Lan welingku  marang sliramu Srikandhi, dadi wanita kang teteg, tanggon anggonmu mbelani jejeging bangsa lan nagara, dadia wanita utama, aku uga ngaturake panuwun sliramu wis nyampurnakake janjiku” bubar ngendikan, Resi Bisma seda, dikupeng kabeh putra wayah Pandhawa uga Kurawa. Kanggo sauntara perang Baratayuda sirep.
·      Nggawea kelompok, saben kelompok dumadi saka limang anggota.
·      Temtokna sapa sing dadi ketua kelompok
·      Tugase ketua kelompok, mimpin anggota kelompok kanggo ngayahi kewajibane kanthi jujur, tanggung jawab lan santun.
·      Tugase kelompok, diskusi kanggo nggarap kabeh gladhen .
·      Asile diskusi ditulis ana lembar kerja lan power point.
·      Asile diskusi dipaparake ana ngarep kelas.
 






                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Gladhen 1
Tembung kang kacetak kandel golekana tegese ana ing bausastra Jawa.
Tulandha:
Ngancik à dideleng ‘n’ , diterusake  ‘ng’, banjur ‘a’. Yen durung ketemu kudu digoleki tembung linggane à ng + ancik: meh tekan
a.      Wadyabala : prajurit
b.        .........
c.         .........
Nggoleki teges tembung ing bausastra kuwi carane diurut kanthi ndeleng (mirsani) aksara sing paling ngarep dhewe, diterusake aksara mburine.
                                                                                                                  



Gladhen 2
a.    Pitakon ing ngisor iki wangsulana!
   Tuladha : 
·      Apa irah-irahane wacan sing wis kokwaca ing ndhuwur?
Irah-irahane wacan ing ndhuwur “ Srikandhi Senopati Pandhawa”
1)      Srikandhi kuwi putrane sapa?
2)      Pira sedulure Srikandhi?
3)      Sapa asmane garwane Srikandhi?
4)      Sapa asmane senopatine Kurawa
5)      Pandhawa nyuwun iguh pratikele sapa kanggo ngadhepi senopatine Kurawa?
b.    Pratelan/andharan (pernyataan) ing ngisor iki yen bener wenehana tanda  B, yen salah wenehana tanda S.
1)    Sedulure Srikandhi sing dari Senopati yaiku Dewi Drupadi.
2)   Arjuna pungkasane ora nyarujuki Srikandhi dadi senopati perang.
3)   Dewabrata nrima Dewi Amba pinangka garwane
4)   Dewi Srikandhi titisan Dewi Amba
5)   Prabu Kresna titisane Batara Wisnu sing ngerti kabeh lelakon ing alam donya.
c.    Titik-titik ing sajerone kotak, isinen manut silsilahe.
................................a)
Abiyasa
..........................b)
Destrarastra
................................c)
Pandawa :
1. Puntadewa
3.    Bima
3. ...............................d)
4. Nakula
5. Sadewa
Kurawa :
1. ...................................e)
2. Dursasana
....
.....
100. Dursilawati
 










Mangsuli pitakon kanthi cara ditulis, kudu jangkep lan trep karo sing ditakokake, ukarane kudu jelas jejer lan wasesane.
                                                                                                                                   

                                                   
B.       Kawruh Basa.
2.      Swara jejeg lan swara miring
a.           Swara jejeg, tegese aksara swara diwaca lan diucapake kanthi jejeg apa anane. Lumrahe aksara swara mau manggon ana wanda tinarbuka, ora disigeg.
         Tuladhane: dina, wadyabala, uga, saka, mula, iki lsp.
b.           Swara miring, tegese aksara swara diwaca lan diucapake rada miring nyedhaki aksara swara liyane. lumprahe, aksara swara mau manggon ana wanda sigeg.
         Tuladha: perang, pandhawa, weruh, marang,panuwun, lsp.
3.      Swara aksara t (ta), aksara q (tha), f(da) lan d (dha)
·           t (ta)à[to [tok\ =  Totok (jeneng uwong)
·           q (tha)à[qo[qok\  = thothok (dithuthuk karo balunge driji sing ditekuk)
·           f (da)àpf  =  pada (BI. Bait)
·           d (dha)àp d=  padha (BI. Sama)
Pangucapan swara lan aksara ing Basa Jawa, bisa mbedakake teges. Luwih jelas manawa pathokane nganggo huruf Jawa.
 


                                                                                                                      





Gladhen 3
a.         Wacan ”Srikandhi Senopati Pandhawa” iki wacanen kanthi migatekake pangucapane aksara sing trep ing ngarep kelas.
Carane :
·           anggota kelompok gentenan maca, lan gentenan nyemak wacanane anggota kelompok liyane!
·           Asile maca lan nyemak digunakake kanggo bahan diskusi lan nggladhi maca sing trep.
·           Pilihen salah siji saka anggotamu makili kelompok, maca wacan ing ngarep kelas.
b.        Bijinen pamacane  kancamu nalika maca wacan “Srikandhi Senopati Pandhawa”
Carane:
·           Wenehana tanda centang () ing lembar pengamatan kang sumadiya

4.      Rimbagan Tembung
Tembung lingga bisa dirimbag dadi tembung andhahan kanthi ditambahi/diimbuhi ater-ater, seselan lan panambang. Panganggone ater-ater, seselan lan panambang bisa ijen-ijen, uga bisa bebarengan. Ater-ater kuwi manggone ana nemplek ing ngarep, seselan ing tengah lan panambang ana ing samburi wanda ing tembung.
Tuladha
·      ngancik à ng (ater-ater) + ancik (tembung lingga)
·      ditinggal à di (ater-ater) = tinggal (tembung lingga)
·      kokpalangi  à kok  (ater-ater) + palang (tembung lingga)
·      ndadekake à n  (ater-ater) + dadi  (tembung lingga) + ake (panambang)
·      mbelani à m (panambang) + bela (tembung lingga) + i (panambang)
·      tumuju à t + um (seselan) + uju
·      sapirang-pirang à sa (ater-ater) + pirang-pirang (tembung dwilingga)
a.    Ater-ater  (BI: Awalan) :
·      Ater-ater anuswara : n, m,ny, ng
·      Ater-ater tripurusa : dak, ko(kok), di/dipun
·      Ater-ater liyane       : sa, pa, pri, pra, tar, ka, kuma, kami, kapi.
b.   Seselan (BI: sisipan) : el, er, in, um
c.    Panambang (BI: akhiran): ake/aken, i/ipun, a, an, na, ana, en, ku, mu, e/ne.
 













            Gladhen 4
Goleka tembung andhahan kang pangrimbage sarana diimbuhi/ditambahi “Srikandhi Senopati Pandhawa” sepuluh (10) tembung andhahan bae.

5.        Tegese entar
          Negesi tembung kuwi yen didelok saka tegese ana teges wantah lan teges entar. Teges wantah yaiku teges apa anane. Teges entar yaiku teges silihan, ora dimaknani/ditegesi apa anane. Teges entar ing basa Jawa ora mung tinemu ing kasusastran bae, nanging uga tinemu ing pasrawungan saben dina. Sing klebu teges entar kuwi ana sing mung rupa kumpulan tembung utawa gatra diarani tembung entar, uga ana kang  karakit ing ukara kang gumathok (ora owah).
Tuladhane: 
·      pecahing dada, wutahing ludira:
·      ngundhuh wohing pakarti:




Ukara kang gumathok (ora kena diowahi)  duwe teges entar yakuwi :
·      Pepindhan :  unen-unen sing  duwe  teges memper (BI. mirip)
Tuladha:  tepunge (srawunge) kaya banyu karo lenga.
·      Paribasan: unen-unen sing duwe teges umpama kaya (BI.peribahasa)
Tuladha:kebat kliwat, gancang pincang: nyam,but gawene kesusu, asile ora maremake.
·      Bebasan: unen-uduwe teges lugu, ngumpamakake.
Tuladha:lahang karoban manis wis ayu/bagus apik budi pekertine
·      Saloka: bebasan kang duwe teges pepenidhan (angel ditegesi lan arang digunakake.)
T uladha: Durjnana mati raga:wong ala atekad pati.
·      Sanepa: unen-unen  dumadi saka tembung, tembung sifat lan tembung aran.
Tuladha: Tatune arang kranjang : tatune meh rata saawak (kerep), isih arang bolongane kranjang.
 

























            Gladhen 5
a.         Goleka tuladhane saka ukara gumathok duwe teges entar (bisa pepindhan, paribasan, bebasan, saloka, lan sanepa, bebas) mau lima (5) bae! 
6.      Unggah-ungguh
        Unggah-ungguh ing basa Jawa kuwi arupa trap-trapan panganggone Basa Jawa dislarasake karo sapa, apa lan ing ngendi basa mau digunakake. Tuladha cuplikan wacan ing ngisor iki coba setitekna!
“ Arjuna, adhiku wong bagus, ana cara sing bisa kanggo ngrantasi reruwet iki, yen tha sliramu lila.” Ngono pangandikane Prabu Kresna marang Arjuna, nalika para Pandhawa, yaiku Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa lan Prabu Kresna nganakake pirembugan.
“ Nuwun Inggih Kakang Prabu, mangga enggal ngendika kula nglilakaken jiwa raga kula” Arjuna sumaur.
“Yen ngono dhi, saiki kantinen ingkang garwa Dewi Wara Srikandhi, marak sowan mrene”
        Tembung kang kacithak kandel ing ukara-ukara cuplikan wacan  kuwi tembung krama , lan digunakake ana wacan bebarengan karo tembung ngoko.
        Wacan “Srikandhi Senopati Pandhawa”  ing ndhuwur mujudake wacan kang migunakake tata aturan trap-trapan unggah-ungguh basa kang trep.
        Ukara “ Nuwun Inggih Kakang Prabu, mangga enggal ngendika kula nglilakaken jiwa raga kula , tembung-tembunge kabeh mujudake tembung krama , mula ukara mau diarani ukara basa krama inggil,  basa krama inggil mau digunakake Arjuna katujokake Kresna kang dikurmati pinangka raja, sedulur tuwa lan penasehat.
        Ukara “Yen ngono dhi, saiki kantinen ingkang garwa Dewi Wara Srikandhi, marak sowan mrene”, tembunge campuran ngoko lan krama mula diarani basa ngoko alus. Basa ngoko alus mau digunakake Kresna katujokake Arjuna, sanajan luwih endhek drajate (dudu raja), sedulur enom, nanging tetep dikurmati amarga Arjuna pinangka satriya utama.
Unggah-ungguh basa
Manut trap-trapane basa Jawa sing digunakake kanggo srawung karo wong liya kapilah dadi loro, yaiku basa ngoko lan basa krama.
·      Basa ngoko diperang dadi loro, yaiku basa ngoko lugu lan basa ngoko alus.  Basa ngoko lugu kanggo srawung/ngomong karo wong liya sing kulina/akrab lan kahanan ora resmi. Basa ngoko alus kanggo srawung /ngomong karo wong liya sing kulina/akrab lan kahanan ora resmi nanging ana rasa hormat.
·      Basa Krama diperang dadi loro yaiku basa krama lugu lan basa krama alus. Basa krama digunakake kangga srawung/ngomong karo wong liya sing dikurmati. Bedane krama alus lan krama lugu manggon ana ing papan lan empan nalika basa mau digunakake. Tuladhane yen tha matur karo wong sing kurmati, tembung lan ukara kang katujokake marang wong mau kudu nganggo basa krama alus, nanging yen katujokake marang awake dhewe cukup krama lugu.
 























Gladhen 6
Tembung kang kacithak kandel golekana basa kramane banjur tulisen maneh ukara ing ngisor iki!
Perang Baratayuda wis ngancik dinakang kaping lima. Wadyabala Pandhawawissapirang-pirangkangdadi kurban, klebu Prabu Salya lan Raden Drestajumena.

C.      Kawruh Sastra
     Wayang, salah sijine saka kesenian Jawa sing wis diakoni pinangka warisan budaya dunia. Pagelaran wayang mujudake seni pertunjukkan sing mbutuhake seni musik, seni suara, seni rupa, seni tari, seni drama lan seni sastra.
     Yen dijingglengi saka seni sastra/kasusastran, crita wayang babone saka kakawin, kitab lan serat sing mujudaken asil karya sastra.
     Jenise wayang ing Jawa mligine, lan ing Indonesia akeh banget, amarga meh kabeh daerah/wilayah ing Indonesia nduweni wayang kanthi ciri khas.
     Ing Jawa bae jenis lan babone crita uga beda-beda. Wayang purwa (kulit/ wong) babon critane saka kitab Ramayana lan Mahabarata. Wayang Golek lan wayang krucilbabon critane saka serat babad, serat menak lan crita rakyat. Wayang jemblung babon critane saka serat Ambiyak, wayang suluh babone crita saka kisah nabi Isa ing kitab Injil lan crita rakyat. Lan isih akeh maneh jenise wayang sing saiki wis langka lan bisa ditemoni ing museum kayata wayang beber, wayang thithi, wayang potei, wayang thengul lan sapanunggalane.
    
D.      Pakarti luhur
          Wayang, crita wayang tumrap wong Jawa mesthine wis mbalungsungsum, tegese wis nyawiji ing panguripan saben dinane.  Umpamane nalika nganakake upacara adat rupa mantenan, sunatan, tingkepan, mahargya dina becik umpamane dina kamardikan, bersih desa lan sapanunggalane, biyen direjakake kanthi nanggap wayang.  Jaman saiki amarga anane owah gingsir  lan perkembangan jaman sing luwih nengenake kepraktisan, keekomomisanlan sapanunggalane, tinimbang nanggap wayang, luwih seneng nanggap liyane sing luwih praktis lan murah. Pakarti kang mung nengenake kepraktisan lan ekonomis, pancen dinalar bener, ananging bisa uga njalari lunture rasa tresna marang budayane dhewe yaiku budaya Jawa.
           Crita wayang mujudake wewayangan utawa gegambarane lelakon uwong urip ing alam donya sing bakale bisa nemtokake lakone urip ing jaman kalanggengan, sing duwe kewajiban lan tanggung jawab tumrap Gusti kang Murbeng Dumadi,  bangsa lan negara, masyarakat,  lan diri pribadi. Crita wayang mau bisa dadi sumber pendidikan lan patuladhan.
           Paraga-paraga ing wayang uga mujudake gambaran saka pawakan, sifat lan perilakune wong urip. Saka pawakan, sifat lan  perilakune paraga ing wayang uwong bisa njupuk sari pati saka ajaran/filasfat sing kena kanggo pedomane urip.
           Tuladhane paraga Srikandhi ing teks crita wayang “Srikandi Senopati Pandhawa”, sanajan dheweke wanita tekad lan niate sing madhep manteb, uga rasa tanggungjawabe kanggo mbelani bangsa, negara lan kulawarga diwujudake kanthi sumadiya dadi senopati perang nglilakake nyawane. Kajujurane Bisma nalika kudu  ngadhepi Dewi Amba, lan ngakoni kaluputane ing sangarepe putra wayahe, wujud saka watake satriya tama. Semono uga kejujuran Arjuna anggone nelakake rasa ora setujune marang panemune Kresna, lan ngakoni kaluputane amarga saka gak ngertine. Kurmate kabeh paraga marang Resi Bisma pinangka sesepuh, kurmate Arjuna marang Kresna, kurmate Srikandhi marang Arjuna lan Kresna, wujud saka sifat, watak lan perilaku kurmat/santun kang ngerti papan lan empan.
          






D.    Lembar Pengamatan Diri

4.    Wenehana tanda centang (√) ing andharan(pernyataan) sing kokanggep paling pas karo kanyatan sing koklakoni.                     
5.    Katrangane kanggo mbiji pakulinane (kebiasaan):
4   =   mesthi dilakoni
3   =   asring dilakoni
2   =   arang-arang dilakoni
1   =   tau dilakoni
0   =   ora tau dilakoni
6.    Lembar pengamatan
No.
Aspek penilaian
Kriteria
4
3
2
1
0
1
a.     Kulina donga (ngucap/nulis krana Gusti Kang Maha Kuwasa) sadurung miwiti blajar basa Jawa





b.     Kulina migunakake basa Jawa kanggo ngomong karo sapa bae (guru, kanca) nalika jam pelajaran Basa Jawa.





c.     Kulina ngetrapake tata krama nalika srawung karo kancane





d.    Kulina ngetrapake tatakrama nalika matur karo gurune.





2
·      Jujur nalika njawab pitakon-pitakon ngenani wacan crita wayang manut panemune dhewe.





3
·       Tanggungjawab marang tugas pribadi
·       Tanggungjawab marang tugas kelompok.





4
·       Ngurmati panemune wong liya nalika diskusi.
·       Migunakake tembung kang pas (ora kasar lan kemproh) nalika ngomong lan takon ing diskusi.





5
·      Nggatekake nalika nyemak crita wayang.
·      Tertarik, pingin ngerti lan bljar crita wayang






                                                                  .............., ................2013



                                                                  .......................................


                                                                                Nama  :  .............................
                                                                    Kelas/No absen : ................
E.     Pengetahuan

5.    Pitakon ing ngisor iki wangsulana!
f.     Apa judule crita wayang sing kok rungokake?
g.    Srikandhi kuwi putrane sapa?
h.    Pira sedulure Srikandhi?
i.      Sapa asmane garwane Srikandhi?
j.      Pandhawa nyuwun iguh pratikele sapa kanggo ngadhepi senopatine Kurawa?

6.    Pratelan/andharan (pernyataan) ing ngisor iki yen bener wenehana tanda  B, yen salah wenehana tanda S.
f.     Sedulure Srikandhi sing dari Senopati yaiku Dewi Drupadi.
g.    Arjuna pungkasane ora nyarujuki Srikandhi dadi senopati perang.
h.    Dewabrata nrima Dewi Amba pinangka garwane.
i.      Dewi Srikandhi titisan Dewi Amba.
j.      Prabu Kresna titisane Batara Wisnu sing ngerti kabeh lelakon ing alam donya.

7.    Tembung kang kacithak kandel golekana basa kramane banjur tulisen maneh ukara mau ing titik-titik ngisor!
Perang Baratayuda wis ngancikdinakang kaping lima. Wadyabala Pandhawawissapirang-pirangkangdadi kurban, klebu Prabu Salya lan Raden Drestajumena.
........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
8.    Titik-titik ing sajerone kotak, isinen manut silsilahe.
................................a)
Abiyasa
..........................b)
Destrarastra
................................c)
Pandawa :
1. Puntadewa
4.    Bima
3. ...............................d)
4. Nakula
5. Sadewa
Kurawa :
1. ...................................e)
2. Dursasana
....
....
100. Dursilawati
 









                                                                    Nama  :  .............................
                                                                    Kelas/No absen : ................
F.     Lembar Pengamatan Praktik.
Wenehana tanda centang () ing andharan(pernyataan) sing kokanggep paling pas karo kanyatan sing kokamati, nalika kancamu sing makili kelompok presentasi ing ngarep kelas.   
3.      Katrangane kanggo mbiji:
4   =   pas banget
3   =   pas
2   =   cukup pas
1   =   kurang pas
0   =   ora pas
4.      Lembar pengamatan
No.
Aspek penilaian
Kriteria
4
3
2
1
0
1
Maca teks kanthi lafal kang pas karo kaidah pelafalan ing basa Jawa.





2
Anggone nggawe kertas kerja lan power point
Pas karo hasil diskusi.





3
Anggone maparake hasil diskusi migunakake basa Jawa lan sikap sarta polatane slaras karo unggah-ungguh (kesantunan)





4
Anggone nanggapi pitakon migunakake basa Jawa lan sikap sarta polatane slaras karo unggah-ungguh.






                                                                                .............., .................2013
                                                                                Pengamat, 




                                                                                    ........................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar